*tulisan kali ini disponsori oleh males belajar alias kabur
dari ujian mid-term seminggu lagi*
Pohon Nazar Boncugu - Kapadokya |
Puji syukur kali ini saya diberkati ke-excited-an untuk
menulis dan alasan-alasan lain yang mendorong saya untuk menulis tentang Nazar
Boncuğu.
Sebetulnya saya tidak pernah tertarik untuk menulis tentang
Nazar Boncuk ini. Tapi gara-gara satu peristiwa yang menurut saya aneh (atau
kebetulan) yang membuat saya amazed lalu saya jadi tertarik untuk menulis
tentang satu tahayul diantara banyak tahayul di Turki. Jadi begini:
Minggu kemarin, saya diundang sarapan di apartemen teman
sekelas saya (kenapa nggak lunch atau dinner? Tunggu di tulisan saya tentang Kultur
Sarapan Turki). Kami mulai makan di balkon apartemennya sambil ngobrol,
nggosip, dan guyon-guyon. Lalu setelah makan dan foto-foto pastinya, sang tuan
rumah, Busra, menawari kami untuk minum kopi Turki. Lalu salah satu diantara
kami menyeplos, “Wah, sekalian kamu liat ya nanti cangkirnya!”. “Beres.” Busra
menjawab dengan tenang. Lhah. Selama 4 tahun saya sekelas dan
merhaba-merhaba-an dengan mereka kok saya baru tau mereka bisa baca fincan
(baca fincan: membaca/meramal apa yang terlihat di cangkir). “Lhoh aku kok ngga
tau kalian bisa baca fincan? Kalau gitu aku yang pertama kamu lihat ya!” saya
langsung curi start hehe (tulisan tentang ramal meramal kopi Turki akan dibahas di
tulisan selanjutnya). Ternyata cangkir teman saya sudah siap terlebih
dahulu karena saya minum terlalu lambat. Disela menunggu cangkir saya dingin
teman yang duduk disebelah saya, Tugce, sedang membaca cangkir teman saya yang lain. Lhah dua kali.
Ternyata dia juga bisa membaca.
Akhirnya Tugce selesai membaca satu cangkir teman saya. Lalu
saya bilang pada Tugce, “Tugce, nih kamu lihat dulu saja sebelum dilihat Busra.”
“Oh iya mana.” Kata pertama yang dia ucapkan adalah “OHA!”. Oha adalah
kata-kata orang Turki untuk mengapresiasikan kekagetan dengan sedikit tidak
sopan (bila digunakan untuk orang yang lebih tua). “Ada mata (nazar) besar
sekali disini.” Kata Tugce. “Iya saya tadi juga lihat.” Kata Busra dari
seberang meja. Kali itu saya tidak begitu paham dengan konsep nazar lalu saya
hanya jawab “Oh”.
Lalu Tugce menyebutkan hal-hal yang dilihat di cangkir saya
dengan lugas, lancar, dan yakin. Kata dia, ada seseorang yang memandang saya
dengan sangat intens atau bisa jadi dengan penuh kekaguman sehingga menimbulkan
nazar itu tadi. Saya masih menduga-duga nazar itu datang dari siapa. Menurut
dia, ada sosok laki-laki yang saya sedang bertengkar dengannya, lalu dia
melihat ada sosok 3 orang cewek di sekitar saya yang menurut Tugce kalau saya
terlalu dekat bisa meruwetkan urusan, tapi kata dia ada garis diantara
cewe-cewe tersebut yang artinya saya sudah menjaga jarak dengan mereka. Lalu
Tugce menyebutkan ada beberapa jalan/perjalanan yang akan saya alami, dan
beberapa hal lain yang saya tidak ingat.
Busra pun mengatakan hal yang tidak jauh beda, namun ada satu hal yang
sangat ingat, bahwa di cangkir saya muncul seorang wanita yang mendukung saya
dalam hal apapun. Saya langsung teringat ibu.
Hari ini saya berniat meresearch tentang nazar. Saya membuka
laptop saya dan berniat bikin teh. Perlu diingat saya bukan tipe orang yang
ceroboh hehe. Namun entah kenapa waktu itu saya mau pergi mencuci gelas, gelas
yang saya genggam, gelas kesayangan saya yang baru saya beli beberapa minggu
lalu, jatuh atau mungkin tergelincir dari tangan saya dan pecah di lantai. Ketika saya terlihat sedih melihat sisa-sisa pecahan gelas kesayangan saya,
Yasemin, teman sekamar saya berkata “Lah, harusnya kamu jadi tenang dong nazarnya
sudah hilang kena gelasmu”. Lalu saya bingung, “Emang kalau kena nazar segitu
jeleknya apa?” kata saya masih sedih kehilangan gelas. “Ada orang yang sampai
mati kena nazar” kata dia. Saya ingat terakhir kali saya memecahkan gelas adalah ketika saya masih di kelas preparation bahasa Turki, kala itu teman saya juga bicara soal nazar.
Lalu saya cari tau bagaimana kepercayaan orang Turki
terhadap nazar. Saya menemukan satu web yang membahas tentang nazar. Menurut
Institusi Bahasa Turki (Turk Dil Kurumu TDK) Nazar: Keburukan atau
ketidak-beruntungan (nazar/goz) yang diberikan oleh orang-orang tertentu yang
melihat seseorang atau sesuatu dengan kekaguman atau kecemburuan. Seperti
misalnya, orang yang iri dengan mobil seseorang, dipercayai bisa memberi energi
negatif dan bisa menimbulkan hal buruk seperti kecelakaan. Atau ketika kita
melihat bayi yang sangat lucu di jalan, ibunya pasti bilang, jangan lupa bilang
MashaAllah. Nah, disinilah Evil’s Eye dan ucapan MashaAllah berfungsi. Menurut kepercayaan,
Nazar boncuk ini tadi bisa menyedot energi negatif dari kekaguman atau
kecemburuan.
Sering ketika sesuatu terjadi kepada barang baru/bagus atau
seseorang yang cantik/ganteng/bayi lucu/orang dewasa yang lucu *eh orang Turki
sering kali menyalahkan nazar atau ketidak-beruntungan. Bahkan teman saya suatu
kali pernah memuji baju saya (atau apa ya saya lupa) dia berkata, “kalau kena
nazar itu pasti dari saya, soalnya saya suka sekali.”
Nazar boncuk ini biasa di pasang di pintu-pintu rumah,
mobil, bahkan baju anak agar terhindar dari ketidak-beruntungan. Nazar boncuk
ini biasanya terbuat dari kaca. Nah, jadi seperti itulah kepercayaan orang
Turki tentang nazar dan mengapa mereka memasangnya di setiap sudut mulai dari
ukuran seukuran manik gelang hingga sebesar telapak tangan orang dewasa.
Ada yang minat titip mungkin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar