Translate

Minggu, 28 September 2014

Post 27 September

Post 27 September.
Sebenarnya saya tidak berharap muluk-muluk di umur 19 tahun ini. Hanya doa-doa kecil dari jauh, dan beberapa gelas teh bersama orang-orang terdekat. Tanggal 27 September kali ini datang terlalu awal. Pukul 20.00 waktu Turki, gank ciwi-ciwi  saya di Indonesia a.k.a chess mulai mengucapkan selamat ulang tahun melalui sosmed. Bersama mereka saya sudah 3 kali merayakan ulang tahun. Pertama kami makan-makan bersama kami anggap traktiran ulang tahun saya. Lalu teman-teman datang ke rumah saya sebelum saya berangkat lagi ke Turki membawa kue tart, dan ketiga jam 00.00 waktu Indonesia. Hahahaha.

Lalu teman-teman sosmed mulai membanjiri notifikasi telefon dengan ucapan selamat ulang tahun.  Saat saya sibuk membalasi pesan-pesan dari Indonesia, saya sedang duduk sambil mengobrol di taman asrama bersama teman-teman cewe saya. Mereka sempat menegur saya ketika saya tidak memperhatikan obrolan kami sekali dan malah sibuk dengan telefon saya. Chess gank saya pun juga membuat video di instagram dan tidak sengaja terbuka di depan mereka yang mengucapkan “Happy birthdaaayy…..” (which the sentence they do understand ofc). Saya bilang, “Banyak pesan yang masuk nih, tunggu ya.” Sekalian memberi sinyal yang berarti: besok saya ulang tahun, kita ngapain nih. Lalu tiba-tiba topic berubah. Teman-teman mulai membicarakan apa yang akan mereka lakukan besok, mulai dari belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, mau ke rumah teman, dll. Saya diam saja. Pada akhirnya salah satu dari mereka bilang, “Malamnya kita ke rumah Muhammed, apartemennya baru kita bisa masak-masak….” dst dst. Okey fix mereka lupa.

Paginya saya bangun siang, dan masih belum ada tanda-tanda yang akan mengucapkan happy birthday. Not that I put too much importance of saying happy birthday, tapi saya pikir hanya mengucapkan happy birthday adalah bentuk peduli dan ingat. Saya pergi ke kantin untuk sarapan, masih seperti hari normal dan mereka hanya mengucapkan happy birthday seadanya L. Saya sedih ngga ketulungan deh. Sampai kamar, entah mood kenapa jadi berantakan dan ketika Helal duduk disamping saya, air mata jatuh. Saya ngerasa lonely banget. Saya ngerasa ngga punya siapa-siapa disini dan saya bukan siapa-siapa disini. Dan yang terpenting adalah ternyata saya tidak ‘sepenting itu’ untuk mereka.

Helal membujuk saya untuk keluar ke mall agar sedikit terhibur. Saya bersikeras untuk tinggal di kamar saja dan tidur lagi (masih jam 2 siang padahal) “It won’t work.” saya bilang. Tapi akhirnya saya terbujuk sih hahaha. Hang out bersama Helal dan Rumeysa ini lumayan merahatkan hati sih, at least mereka inget. Oiya. Ketika kamu ultah di sini, kamu tidak akan dibiarkan membayar sepeserpun. The freaking different tradition. Mulai dari nonton, makan kue (pertama hari itu) semua saya tidak bayar.

Kami pulang sekitar jam 6 sore setelah bertemu dengan beberapa teman. Tapi disini saya mulai menemukan clue, ketika Rumeysa dan Helal benar-benar memaksa saya datang ke rumah Muhammed. Secara Helal tidak kenal baik dengan Muhammed. Lagipula saya sedih dan capek, kenapa musti dipaksa pergi-pergi. Pukul 8 kami keluar bersama Sumaya dan Dzenana. Mereka terlihat panic karena tidak tahu persis letak apartemen Muhammed, yang ternyata saya baru tahu kalau itu semua acting -_-. Sampai di apartment dan kami masuk, saya di sambut Haki, Igli, dan Muhammed, dengan lilin-lilin, balon-balon, kue, dan kado. OMYGOD.

Sama sekali saya ngga kepikiran. Kalau mereka akan menyiapkan seperti ini.
Bohong sih. Tapi tidak juga akan seperti ini saya pikir.
Saya senang sekali, terharu, juga malu. Malu karena saya sudah anggap mereka lupa dan menidak pentingkan saya. Disini saya belajar apa artinya teman. Demi Tuhan. Lalu kami makan kue, menari, dan bermain putar botol (pertanyaan atau tantangan) yang sudah menjadi tradisi kami. Ah. Kami juga buka kado. Pertama kali saya senang sekali ketika melihat kotak kado yang besar, diatasnya ada bungkusan panjang seperti permen. Dzenana menyuruh saya membuka bungkusan permen itu dulu, dan ternyata adalah eye liner dan lipstick. Allah’im! Memang saya semenjak beberapa hari lalu bilang kepada mereka kalau saya ingin beli eyeliner karena puny saya patah, tapi karena beberapa alasan pasti kita tidak jadi belok ke toko kosmetik. Lalu saya buka buka kotak besar dibawahnya. Ada sepatu boots, yang sepertinya saya kenal. Ah iya saya pikir ini sepatu yang mirip dengan yang dibeli Helal beberapa waktu lalu. Saya bilang “Helal, kita punya sepatu kembar dong! Haha”. Lalu Dzenana berkata: “Yaaa… Ini bukan kembar, yang kemarin itu kita beli untuk kamu!”.  Dan ternyata juga, alasan mau belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, dll hanyalah fake untuk kabur ke rumah Muhammed dan menyiapkan party. Andaikan saya tidak nangis pagi itu, Helal dan Rumeysa juga akan berada di rumah Muhammed dan mempersiapkan semua.

Sepulang dari rumah Muhammed, kami sedikit beristirahat dan teman saya dari Malaysia, Ana, menelpon saya mengucapkan happy birthday juga. Tiba-tiba Helal membawa saya ke kamar tetangga daaaan…. “iyi ki doğdun Azahra.. iyi ki doğdun Azahra.. (selamat ulang tahun Azahra) “ teman-teman asrama sesama orang asing gave me another surprise cake while singing. My 3rd cake today and we ate again.

Ya Tuhan..
Terimakasih untuk semua anugerahMu. Termasuk teman-teman yang berharga ini. Never been feeling loved more.
Helal, Me, Rumeysa
1st cake from them


2nd cake











present

3rd cake






Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...