Translate

Sabtu, 04 Oktober 2014

2nd Year in Turkey. Welcome to the Reality.

Merhabalar,

Saat saya mengetik ini, saya ditemani oleh segelas milo panas di hawa yang sedikit dingin dan asrama sedang kosong karena ditinggal penghuninya yang pada pulang kampung karena Hari Raya Kurban. Dan  yahhh seperti biasa para yabancı (baca: yabance; e seperti pada pecel, arti: orang asing) yang sedang tidak punya uang akhirnya hanya bisa berdiam di asrama. Dan para yabancı yang punya uang biasanya akan berwisata, Istanbul, Ankara, Izmir, Canakkale, Konya, dll. Yasudahlah. Kok jadi nglantur.

Minggu ini sudah minggu ketiga kami memulai tahun pelajaran semester musim gugur. Memulai kuliah sebagai mahasiswa baru asing menimbulkan sedikit kekhawatiran. Di tahun pertama di kelas Tömer, it was the best year ever, kita seperti belajar di TK, mempelajari kata-kata baru, bermain drama, belajar membaca dan menulis karangan dan gurunya pun berbicara dengan lambat. Meskipun kelasnya sedikit padat, dimulai pukul 8 pagi sampai 3 sore, selama setahun kita tidak mempunyai beban sedikitpun. Tapi tahun ini berbeda, subjek - subjek mata kuliah sudah di depan mata dan yeah, terkadang dosennya tidak mentolerir kalau kami adalah orang asing.

Semester ini saya belajar 9 mata kuliah yang 3 diantaranya adalah kuliah lewat internet dan 6 sisanya face to face. Untungnya, dari 6 pelajaran ini sebagian besar sudah pernah saya pelajari di universitas sebelumnya. Entah apa yang akan terjadi kalo seandainya konsep accounting, ekonomi dasar, sebelumnya saya tidak tahu sama sekali. Yang menjadi masalahnya disini adalah ketika saya tidak paham istilah bahasa Turki yang seharusnya ketika di bahasa Indonesiakan akan mudah (yaiyalah). Tapi semakin banyak membaca inshallah kami akan semakin mengerti. Buku-buku yang harus kami ambilpun Alhamdulillah saya tidak perlu beli kebanyakan buku karenaaaaa.. teman sekamar saya tiga-tiganya adalah kakak kelas saya sejurusan. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan. hahahaa

Tanggal 10 - 21 Oktober ini akan diadakan Ujian Tengah Semester yang juga akan menjadi ujian pertama kami di Turki. Semoga dengan keterbatasan bahasa dan keterbatasan yang lainnya kami bisa melewatinya dengan lancar. Amin.

Minggu, 28 September 2014

Post 27 September

Post 27 September.
Sebenarnya saya tidak berharap muluk-muluk di umur 19 tahun ini. Hanya doa-doa kecil dari jauh, dan beberapa gelas teh bersama orang-orang terdekat. Tanggal 27 September kali ini datang terlalu awal. Pukul 20.00 waktu Turki, gank ciwi-ciwi  saya di Indonesia a.k.a chess mulai mengucapkan selamat ulang tahun melalui sosmed. Bersama mereka saya sudah 3 kali merayakan ulang tahun. Pertama kami makan-makan bersama kami anggap traktiran ulang tahun saya. Lalu teman-teman datang ke rumah saya sebelum saya berangkat lagi ke Turki membawa kue tart, dan ketiga jam 00.00 waktu Indonesia. Hahahaha.

Lalu teman-teman sosmed mulai membanjiri notifikasi telefon dengan ucapan selamat ulang tahun.  Saat saya sibuk membalasi pesan-pesan dari Indonesia, saya sedang duduk sambil mengobrol di taman asrama bersama teman-teman cewe saya. Mereka sempat menegur saya ketika saya tidak memperhatikan obrolan kami sekali dan malah sibuk dengan telefon saya. Chess gank saya pun juga membuat video di instagram dan tidak sengaja terbuka di depan mereka yang mengucapkan “Happy birthdaaayy…..” (which the sentence they do understand ofc). Saya bilang, “Banyak pesan yang masuk nih, tunggu ya.” Sekalian memberi sinyal yang berarti: besok saya ulang tahun, kita ngapain nih. Lalu tiba-tiba topic berubah. Teman-teman mulai membicarakan apa yang akan mereka lakukan besok, mulai dari belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, mau ke rumah teman, dll. Saya diam saja. Pada akhirnya salah satu dari mereka bilang, “Malamnya kita ke rumah Muhammed, apartemennya baru kita bisa masak-masak….” dst dst. Okey fix mereka lupa.

Paginya saya bangun siang, dan masih belum ada tanda-tanda yang akan mengucapkan happy birthday. Not that I put too much importance of saying happy birthday, tapi saya pikir hanya mengucapkan happy birthday adalah bentuk peduli dan ingat. Saya pergi ke kantin untuk sarapan, masih seperti hari normal dan mereka hanya mengucapkan happy birthday seadanya L. Saya sedih ngga ketulungan deh. Sampai kamar, entah mood kenapa jadi berantakan dan ketika Helal duduk disamping saya, air mata jatuh. Saya ngerasa lonely banget. Saya ngerasa ngga punya siapa-siapa disini dan saya bukan siapa-siapa disini. Dan yang terpenting adalah ternyata saya tidak ‘sepenting itu’ untuk mereka.

Helal membujuk saya untuk keluar ke mall agar sedikit terhibur. Saya bersikeras untuk tinggal di kamar saja dan tidur lagi (masih jam 2 siang padahal) “It won’t work.” saya bilang. Tapi akhirnya saya terbujuk sih hahaha. Hang out bersama Helal dan Rumeysa ini lumayan merahatkan hati sih, at least mereka inget. Oiya. Ketika kamu ultah di sini, kamu tidak akan dibiarkan membayar sepeserpun. The freaking different tradition. Mulai dari nonton, makan kue (pertama hari itu) semua saya tidak bayar.

Kami pulang sekitar jam 6 sore setelah bertemu dengan beberapa teman. Tapi disini saya mulai menemukan clue, ketika Rumeysa dan Helal benar-benar memaksa saya datang ke rumah Muhammed. Secara Helal tidak kenal baik dengan Muhammed. Lagipula saya sedih dan capek, kenapa musti dipaksa pergi-pergi. Pukul 8 kami keluar bersama Sumaya dan Dzenana. Mereka terlihat panic karena tidak tahu persis letak apartemen Muhammed, yang ternyata saya baru tahu kalau itu semua acting -_-. Sampai di apartment dan kami masuk, saya di sambut Haki, Igli, dan Muhammed, dengan lilin-lilin, balon-balon, kue, dan kado. OMYGOD.

Sama sekali saya ngga kepikiran. Kalau mereka akan menyiapkan seperti ini.
Bohong sih. Tapi tidak juga akan seperti ini saya pikir.
Saya senang sekali, terharu, juga malu. Malu karena saya sudah anggap mereka lupa dan menidak pentingkan saya. Disini saya belajar apa artinya teman. Demi Tuhan. Lalu kami makan kue, menari, dan bermain putar botol (pertanyaan atau tantangan) yang sudah menjadi tradisi kami. Ah. Kami juga buka kado. Pertama kali saya senang sekali ketika melihat kotak kado yang besar, diatasnya ada bungkusan panjang seperti permen. Dzenana menyuruh saya membuka bungkusan permen itu dulu, dan ternyata adalah eye liner dan lipstick. Allah’im! Memang saya semenjak beberapa hari lalu bilang kepada mereka kalau saya ingin beli eyeliner karena puny saya patah, tapi karena beberapa alasan pasti kita tidak jadi belok ke toko kosmetik. Lalu saya buka buka kotak besar dibawahnya. Ada sepatu boots, yang sepertinya saya kenal. Ah iya saya pikir ini sepatu yang mirip dengan yang dibeli Helal beberapa waktu lalu. Saya bilang “Helal, kita punya sepatu kembar dong! Haha”. Lalu Dzenana berkata: “Yaaa… Ini bukan kembar, yang kemarin itu kita beli untuk kamu!”.  Dan ternyata juga, alasan mau belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, dll hanyalah fake untuk kabur ke rumah Muhammed dan menyiapkan party. Andaikan saya tidak nangis pagi itu, Helal dan Rumeysa juga akan berada di rumah Muhammed dan mempersiapkan semua.

Sepulang dari rumah Muhammed, kami sedikit beristirahat dan teman saya dari Malaysia, Ana, menelpon saya mengucapkan happy birthday juga. Tiba-tiba Helal membawa saya ke kamar tetangga daaaan…. “iyi ki doğdun Azahra.. iyi ki doğdun Azahra.. (selamat ulang tahun Azahra) “ teman-teman asrama sesama orang asing gave me another surprise cake while singing. My 3rd cake today and we ate again.

Ya Tuhan..
Terimakasih untuk semua anugerahMu. Termasuk teman-teman yang berharga ini. Never been feeling loved more.
Helal, Me, Rumeysa
1st cake from them


2nd cake











present

3rd cake






Kamis, 28 Agustus 2014

Kembali ke Rantau

Well, sekarang Rabu sudah habis dan berganti Kamis. Senin nanti saya kan kembali menuju Turki. Summer bucket list saya kebanyakan sudah terlaksanakan. Kecuali diet sih. Yaudalah ngga apa-apa. Ntar waktu nyampe Zonguldak lets do the exercise (bullsh!t of the year).

2 bulan di Indonesia saya rasa sudah saya gunakan dengan cukup efektif. Surabaya, Jogja, Malang, telah terkunjungi. Makan soto, pecel, rawon, sop buntut, dan makanan-makanan berempah lain yang orang eropa benci semua sudah terpenuhi di liburan ini. Dan resikonya saya menggendut, tapi peduli setan saya hanya 2 bulan bisa makan begini ahahaha.

Sedih juga mengingat saya akan kembali lagi ke Indonesia (jika diijinkan) 1 tahun lagi. Harus menunggu 1 tahun lagi untuk makan satu meja dengan keluarga, 1 tahun lagi untuk duduk lengkap dengan para gadis, 1 tahun lagi dengan teman-teman sepemikiran, dan 1 tahun lagi untuk setiap hari makan nasi. Hahaha.

Kadang saya tidak sabar melihat wajah Turki lagi yang sangat berbeda dengan Indonesia, kadang saya sangat benci ketika ingat saya harus balik. Tapi tak apalah. Yang membuat saya seperti ini pun layak diperjuangkan kok. Jadiiiiiiiii semua akan indah pada waktunya. Pasti. :)

Flashback

Flashback. 
...


Tahun 2011 sampai 2012 mungkin menjadi tahun terberat dalam hidup yang saya lalui hingga sekarang 19 tahun umur saya. Setelah lebaran 2011. Mulai pindah rumah karena orang tua saya hampir saja cerai, hidup pas-pasan (tapi tidak pernah kurang) karena ibu harus berjuang sendiri dengan 4 anaknya dan 3 darinya harus menghadapi ujian nasional berbarengan pada tahun itu, masuk SNMPTN undangan rangking 1 tapi tidak diterima di universitas yang diidamkan saat itu, tidak diterima di SNMPTN tulis, hingga putus dengan pacar mewarnai tahun itu. Hanya dalam 1 tahun. Tuhan maha keren.

2011 saya nobatkan sebagai yang terberat, tapi juga paling bermakna, berharga, dan lain-lain. Ketika saya pindah rumah, dimana ayah saya jadi tinggal terpisah dengan kami, hidup kami banyak berubah. Lebih mandiri, lebih tidak banyak mintanya, lebih tidak manja, dan lebih mengerti satu sama lain. 2011 tidak hanya berisi tentang cobaan sih, meskipun banyak juga sedihnya. Dari yang sebelumnya kita hanya bertemu di rumah tapi langsung asik dengan tugas-tugas dan gadget masing-masing, waktu itu kami jadi lebih sering ngobrol dan ketawa bersama, kami jadi lebih saling menyayangi dan kami jadi dekat satu sama lain. Oh ya, saya juga jadi bisa nyetir mobil, hahaha.

2012 akhirnya saya dapat kuliahan. Saya diterima di Universitas Airlangga jalur mandiri, di jurusan yang dipilihkan ibu. Mulai dari mengisi formulir, galau jurusan, tes, wawancara, hingga diterima hanya ada ibu dan sopir di samping saya. Karena kondisi kita masih terpisah saat itu, mulai dari cari kosan dan pindahan, lagi-lagi hanya ada ibu dan sopir. Setelah mulai kuliah dan jauh dari rumah perlahan keadaan rumah menjadi sedikit lebih dingin. Mungkin Tuhan sudah lelah mengerjai kami. Hingga akhir 2012 sekitar setelah 1,5 tahun kami move back ke rumah lama. Keadaan berangsur normal meskipun belum sepenuhnya.

Kuliah saya berjalan lancar, IP saya tidak pernah di bawah 3 meskipun saya cenderung tidak enjoy dengan jurusan saya saat itu. 1 tahun saya jalani dengan asal-asalan. Belajar sehari sebelum hari ujian, ngemall tiap minggu, titip absen kuliah, hingga kena cekal. Mungkin Tuhan kasihan pada waktu itu, hingga akhirnya saya dipertemukan dengan seorang teman yang menawari beasiswa ke luar negri dan puff!! Here I am finally I got 5 years scholarship in Turkey. Negara yang sama sekali tidak ada dalam benak saya 2 tahun lalu. See? Tuhan juga maha bercanda.

Kadang, di keramaian di rantau sana, ada 1 detik dimana saya sadar bahwa: Damn! Saya lagi jauh banget dari ibu dan saudara-saudara saya, di tempat asing yang sama sekali ngga akan disangka akan jadi tempat saya menimba ilmu. Juga akan ada sunyi ditemani daun musim gugur, angin ganas musim dingin, hangat musim semi, dan pemandangan tanktop dan hotpants musim panas (canda haha) dimana saya merasa sangat bersyukur telah diberi kesempatan yang tidak semua orang bisa merasakan. Akan ada juga ketika saya menyusuri trotoar pusat kota Zonguldak, dan saya berterima kasih atas karunia-Nya. Setelah apa yang terjadi pada saya 3 tahunan ini sangat banyak yang berubah dari saya. Bisa dikatakan saya sudah bisa mengerjakan tes yang diberi Tuhan pada level ini. Saya tidak menantang-Mu, Tuhan, tapi andai Kau beri aku tes selanjutnya, aku siap!

Minggu, 20 Juli 2014

Mudik Internasional

Post ini ditulis ketika saya seranjang dengan teman kuliah saya, Fifi (facebook: fifi ulita), di Surabaya.

Kalau dihitung, saya sudah sekitar 15 hari semenjak saya pulang ke Indonesia. Sudah, bahagianya tidak bisa diungkapkan. Di rumah, di Indonesia, selain keluarga, yang sudah menjadi angan-angan ketika masih di Turki adalah makanan. Sebagai anak yang tidak kurus (ehm) dan suka makan, kangen makanan kadang bisa menjadi sebab homesick. Bahkan kepada pecel saja dulu saya kangen. Dan ketika disana, sesimpel makan sahur dengan nasi putih, sop ayam, dan sambel trasi sachet yang sudah dingin (yang dibawakan Bintang dan Nadira, terimakasih) membuat saya jadi terharu saking senangnya dan sedikit bisa mengobati kangen.

Nah, ketika disini saya seakan balas dendam. Pada saat puasa, setelah buka pun malamnya saya kerap ditemani Rosyi untuk makan lagi (ini aib). Entah pecel, soto, bakso, dan lain-lain. Padahal, waktu di Turki, karena berat badan saya naik 5 kg (iya Anda tidak salah baca), saya pernah bertekat untuk menurunkan berat badan lagi. Tapi, gagal. Setelah 10 bulan-an tidak bertemu makanan-makanan paling enak sedunia versi saya ini seakan saya kalap dan ketika berniat untuk diet selalu ada pikiran, "Nggak. Kamu ga boleh diet. Kamu ga bakal makan makanan-makanan ini selama setahun kedepan." (aib lagi) dan begitu seterusnya.

Oke. Cukup untuk membuka aibnya.

Untuk mudik lebaran bertaraf internasional kali ini (idih) kemarin dengan penuh perjuangan setelah mengumpulkan uang, akhirnya saya dapat membeli tiket Qatar Airways. Tiket ini saya beli 3,5 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Karena pada waktu itu maskapai ini sedang mengadakan promo. Normalnya, tiket Istanbul-Doha-Jakarta ini berharga sekitar 700-800 euro, bahkan bisa lebih, tapi waktu itu saya dan Bintang bisa mendapatkan tiket sekitar 550euro. Lumayan.

Saya pulang bersama Bintang, mulai dari Ankara ke Istanbul, di Istanbul kami sempat belanja oleh-oleh. Dan sempat juga kami menginap di Ataturk Airport. Lalu sehari setelahnya, setelah gugup dan senang ngga jelas, akhirnya pukul 19.00 tanggal 5 Juli saya berangkat lewat bandara Sabiha Gokcen. Setelah 4 jam penerbangan, kami sampai di negara transit kita, Qatar. Qatar ini guys, bandara mirip mall. Konter-konter duty free-nya dirancang untuk nyaman berbelanja dan tentunya cukup besar. Dan tentunya saya hanya mampu melihat-lihat saja :').

Setelah 3 jam transit, kami naik pesawat lagi selama 11 jam. Kami tiba di Soekarno Hatta Airport sore hari. Setelah turun dari pesawat kami buru-buru berpisah dan menuju terminal masing-masing untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 12 malam saya sampai di Kediri tercinta setelah dijemput oleh bapak dan adik.

Kira-kira begitulah cerita singkat saya pulang kampung kali ini.

mbambung di bandara
depan Sultan Ahmed, wifi gratis hahaha

partner perjalanan :p

weighty suitcase

bandara a.k.a mall

troli

emm. bandara




NB: Diketik oleh laptop baru makanya semangat. Hahahahahaha.

Jumat, 20 Juni 2014

G for Gaziantep, G for Glory, and G for Galibiyet

Beberapa waktu lalu, kami pergi Gaziantep untuk mengantarkan teman kami Dzenana (Bosnia Herzegoviana) dan Haki (Mesir) untuk mengikuti lomba berbicara bahasa Turki. Tetapi sempat kami tidak jadi berangkat karena ada beberapa masalah terkait dengan universitas dan pendanaan. Bahkan kami berbicara dengan rektor yang waktu itu sedang duduk di pojok Kampus Kafe lalu kemudian kami datangi. Oleh karena itu kami bahagia sekali ketika diputuskan kalau kita jadi berangkat.

Gaziantep adalah salah satu kota besar di ujung selatan Turki yang berbatasan dengan negara Siria. Dari Zonguldak yang berada di ujung utara Turki menuju Gaziantep diperlukan waktu sekitar 15 jam. Awalnya kami sempat khawatir bagaimana kita akan bertahan di bus selama 15 jam. Tapi akhirnya pada saat kita di bus suasana sangat enjoy. Kita bernyanyi sepanjang jalan, pas kita tidak lagi tidur tentunya.

Gaziantep ini terkenal dengan baklava dan kebapnya yang sempat kami coba juga. Akhirnya diputuskan bahwa kita akan berangkat sehari sebelum lomba untuk sedikit jalan-jalan di Gaziatep. Sesampainya di Gaziantep hari itu sangat panas, kami bersama mengunjungi Merkez (pusat kota). Hari pertama datang kami habiskan di Merkez dan malam harinya kami pergi ke sebuah mall.

Besoknya, setelah sarapan kami bersiap menuju tempat lomba di Gaziantep Üniversitesi. Di perlombaan ini diikuti oleh Tomer dari semua universitas yang mempunyai Tomer. Setiap Tomer yang berjumlah 14 universitas mengirimkan 2 wakilnya. Mereka berasal dari macam-macam daerah seperti Madagaskar, Afghanistan, Korea, Afrika, Srilanka, bahkan Indonesia. Dzenana mendapat urutan ke 5 dan Haki ke 25. Setiap peserta diberi kesempatan 5 menit untuk berbicara. Pada umumnya peserta tampil dengan baju kasual dan berbicara menjelaskan sesuatu. Ada beberapa pula yang tampil dengan baju khas daerah masing-masing. 

Dzenana tampil dengan kostum darah dan menjelaskan tentang negaranya, Bosnia, tentang pahitnya perang yang baru selesai di tahun 1992. (klik disini untuk menonton) Penampilan Dzenana mengundang decak kagum seluruh penonton karena penampilannya yang beda. Begitu pula Haki, ia menjelaskan tentang kebiasaan orang Turki.(klik disini untuk menonton) Tidak kalah menariknya cara berbicara Haki pun sempurna, bahkan salah seorang juri menanyakan, "Sen Türk müsün?" (Apakah kamu orang Turki?). Tapi waktu itu kami juga sedikit tidak percaya diri karena kami juga mengusung tema teater.

Setelah kurang lebih 2 jam, semua peserta telah tampil dan saatnya pengumuman. Kami sangat deg-degan sekali waktu itu. Bisa dibilang menuju Gaziantep ini kita pergi nekat. Seperti yang saya bilang diatas kami berangkat dengan sedikit masalah, nah jika kita tidak menang disini, malunya akan menjadi berlipat-lipat. Pemenang ketiga diumumkan, seorang dari Akdeniz Üniversitesi yang berkewarganegaraan Afghanistan. Lalu kedua, tuan rumah Gaziantep seorang Afrika. Lalu tibalah di saat pengumuman pemenang pertama. Saat itu kami separuh takut separuh berharap untuk menang. Saat juri berkata, "Bosnaaa! (Bosnia)" tanpa mendengar lanjutan kalimatnya kami sontak melompat bersama. Entah guru entah murid bahkan kepala Tomer kita. Kami senang luar biasa karena tahun lalu universitas kami juga memenangkan perlombaan ini dan tahun ini kita bisa mempertahankannya.

Hari itu kami sangat bahagia dan sangat capek. Sebagai hadiah kemenangan Kepala Tomer kami mentraktir baklava (meskipun cuma 2 potong :'( ) dan adana kebab. Oh iya kami sempat pula main ke Kebun Binatang di Gaziantep. Sepulangnya dari Gaziantep rasanya kami sudah menjadi keluarga. Meskipun diwarnai bau kaos kaki dan bau-bau lainnya kami semua sangat senang dan tidak ada sedikitpun rasa menyesal.

Artık Tömer bitiyor. Ama bu anı bizim en güzel anılarımızdan biridir. Unutmayın, arkadaşlık bitmez.



Hampir nyampe Gaziantep pada laper


Ceren Hoca dan ali Hoca







Adana Kebabi







King of sleepness

Selfie or özçekim

Gülbanu Hoca








kebun binatang






Champions














One more video hahahahaha:



Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...