Translate

Tampilkan postingan dengan label galau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label galau. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Januari 2016

2/8 and 3/8 Short Review

This is still January right, so I still can wish you all a happy, healthy, cheerful, and peaceful year ahead.

I'm a lazy blogger. Apparently not just as a blogger, but also in other fields I’m a big procrastinator. The last time I opened this blog was, emmm last month if I’m not mistaken, while the last post I made was in..... July last year. WHAT. Gila bruh.

In that interval of time there were a lot of events I passed without sharing it here. Let's see what we got here; the last time I wrote was last July, means when I was on my summer holiday in Indonesia. Summer holidays is the most unproductive time of my year and after that winter holiday is following in the list. So I will leave it to that. In September, I came back to the lovely Zonguldak, kömür kokulu memleketim (google that). Well, I'm supposed to sum up my 2nd and 3rd semester in university as what I’ve written in the title.

Before getting into the 3rd semester let’s just have a look at what I’ve done in 2nd semester.  There were 9 subjects and 2 of them were non face to face subjects (means we can follow up from the internet; uzaktan egitim). I passed the entire subject with average marks. No remedy. The marks and the GPA is better than the 1st semester but still my GPA couldn’t reach 3 in that semester, because I think I still couldn’t get used to Turkish words (BOOO!). But, there were this one subject that I was afraid of at the beginning of semester (click here to read my post about first semester), which was Ticaret Hukuku (commercial law) but turned out at the end I got BA from that subject. Hehe. Aferin kendime.

And then the summer holiday. It went so well, the highlight of the year. Although it passed so quickly no one knows why.

The 3rd semester started really normally. Like there was no special new spirit, supposed that I’ve been on holiday. Nope. There was 8 subjects, I went to classes (more than last semesters) and from the first week of semester to mid-term it was only 4 weeks. And I studied. Köpek gibi. I started to study earlier because I was just in mood for studying hahaha. And surprisingly I got nice marks. Paid off!!

From the mid-term to final exams I got 3 weeks and guess what, a week before the exams I went on a holiday for a full week to Istanbul, Izmir, and Konya with my friend who is studying in England, Mbak Dilla (you can read the article about it here in her blog) NEKATTT! When I came to Zonguldak I caught cold too unfortunately. Tired, sick, and exam weeks. Nice combination isn’t it? But thank God the marks that I got are so good; in fact my GPA is 3 point something. Thank God once again.

So, that’s all about my second and third semester here in Bulent Ecevit University in Zonguldak. Now I’m on my winter holiday, broke. Hahaha. My mom offered me to go home but no thanks Mom. Winter break has always been a pain for me, especially when you don’t have family around. You got nothing to do, everyone is going home, and it is too cold if you wanna go somewhere. But its either you go somewhere or you stay in dorm and rot. At the next post I'm coming with more pictures from my holiday.


bonus meme, im a 9gagger for sure



Thanks for reading!

PS: correct me if you find grammatical mistake(s) :)

Kamis, 28 Agustus 2014

Flashback

Flashback. 
...


Tahun 2011 sampai 2012 mungkin menjadi tahun terberat dalam hidup yang saya lalui hingga sekarang 19 tahun umur saya. Setelah lebaran 2011. Mulai pindah rumah karena orang tua saya hampir saja cerai, hidup pas-pasan (tapi tidak pernah kurang) karena ibu harus berjuang sendiri dengan 4 anaknya dan 3 darinya harus menghadapi ujian nasional berbarengan pada tahun itu, masuk SNMPTN undangan rangking 1 tapi tidak diterima di universitas yang diidamkan saat itu, tidak diterima di SNMPTN tulis, hingga putus dengan pacar mewarnai tahun itu. Hanya dalam 1 tahun. Tuhan maha keren.

2011 saya nobatkan sebagai yang terberat, tapi juga paling bermakna, berharga, dan lain-lain. Ketika saya pindah rumah, dimana ayah saya jadi tinggal terpisah dengan kami, hidup kami banyak berubah. Lebih mandiri, lebih tidak banyak mintanya, lebih tidak manja, dan lebih mengerti satu sama lain. 2011 tidak hanya berisi tentang cobaan sih, meskipun banyak juga sedihnya. Dari yang sebelumnya kita hanya bertemu di rumah tapi langsung asik dengan tugas-tugas dan gadget masing-masing, waktu itu kami jadi lebih sering ngobrol dan ketawa bersama, kami jadi lebih saling menyayangi dan kami jadi dekat satu sama lain. Oh ya, saya juga jadi bisa nyetir mobil, hahaha.

2012 akhirnya saya dapat kuliahan. Saya diterima di Universitas Airlangga jalur mandiri, di jurusan yang dipilihkan ibu. Mulai dari mengisi formulir, galau jurusan, tes, wawancara, hingga diterima hanya ada ibu dan sopir di samping saya. Karena kondisi kita masih terpisah saat itu, mulai dari cari kosan dan pindahan, lagi-lagi hanya ada ibu dan sopir. Setelah mulai kuliah dan jauh dari rumah perlahan keadaan rumah menjadi sedikit lebih dingin. Mungkin Tuhan sudah lelah mengerjai kami. Hingga akhir 2012 sekitar setelah 1,5 tahun kami move back ke rumah lama. Keadaan berangsur normal meskipun belum sepenuhnya.

Kuliah saya berjalan lancar, IP saya tidak pernah di bawah 3 meskipun saya cenderung tidak enjoy dengan jurusan saya saat itu. 1 tahun saya jalani dengan asal-asalan. Belajar sehari sebelum hari ujian, ngemall tiap minggu, titip absen kuliah, hingga kena cekal. Mungkin Tuhan kasihan pada waktu itu, hingga akhirnya saya dipertemukan dengan seorang teman yang menawari beasiswa ke luar negri dan puff!! Here I am finally I got 5 years scholarship in Turkey. Negara yang sama sekali tidak ada dalam benak saya 2 tahun lalu. See? Tuhan juga maha bercanda.

Kadang, di keramaian di rantau sana, ada 1 detik dimana saya sadar bahwa: Damn! Saya lagi jauh banget dari ibu dan saudara-saudara saya, di tempat asing yang sama sekali ngga akan disangka akan jadi tempat saya menimba ilmu. Juga akan ada sunyi ditemani daun musim gugur, angin ganas musim dingin, hangat musim semi, dan pemandangan tanktop dan hotpants musim panas (canda haha) dimana saya merasa sangat bersyukur telah diberi kesempatan yang tidak semua orang bisa merasakan. Akan ada juga ketika saya menyusuri trotoar pusat kota Zonguldak, dan saya berterima kasih atas karunia-Nya. Setelah apa yang terjadi pada saya 3 tahunan ini sangat banyak yang berubah dari saya. Bisa dikatakan saya sudah bisa mengerjakan tes yang diberi Tuhan pada level ini. Saya tidak menantang-Mu, Tuhan, tapi andai Kau beri aku tes selanjutnya, aku siap!

Senin, 19 Mei 2014

Türkçe Öğrenmek - Belajar Bahasa Turki

Merhaba!

ehm.
Akhirnya nulis lagi setelah hibernasi selama musim dingin. Sebetulnya saya menyesal sekali kenapa saya tidak menulis selama ini. Padahal kalau sekiranya ada 5 atau 6 acara yang harusnya bisa saya tulis dan bagi disini.
Ama, neyse.. Yasudahlah..

Kali ini saya akan tulis tentang kegiatan pokok yang saya jalani kira-kira sudah 8 bulan ini, belajar bahasa Turki. Sebelumnya saya beri tahukan, kepada yang belum tahu, beasiswa yang saya dapat ini mencakup 1 tahun belajar bahasa Turki, nama programnya adalah Tömer.
Jadi Tömer ini adalah program belajar bahasa Turki khusus untuk foreigner. Peserta beasiswa yang baru saja diterima langsung masuk ke Tömer, dan baru tahun depannya masuk ke universitas. Di Turki, tidak semua universitas punya program Tömer sehingga ada beberapa murid yang harus tinggal di kota lain untuk belajar bahasa Turki lalu baru kembali ke kota universitasnya setelah belajar bahasa Turki, dan tentunya setelah lulus. Tetapi, syukur sekali di kota sekecil Zonguldak universitasnya punya program Tömer yang artinya saya tidak perlu pergi ke kota lain dan bisa langsung beradaptasi (menghibur diri :p).

Pertama masuk Tömer kira-kira minggu kedua bulan Oktober, ketika sebetunya kursus sudah dimulai sejak seminggu sebelumnya. Musim gugur baru dimulai. 8.20 saya datang ke kelas, tidak ada siapa pun waktu itu. Kelas dimulai pukul 8.30 dan berakhir pukul 15.00 setiap harinya, tapi sekitar 8.45 beberapa belas laki-laki, 2 diantaranya hitam, baru datang dan 2 perempuan yang sekarang menjadi teman dekat saya juga baru datang waktu itu. Beberapa menit kemudian, seorang wanita mungil, berpakaian trendy layaknya murid, datang ke kelas. Yang membedakan adalah Ia membawa map, spidol, dan penghapus papan. Ferhan Hoca (hoca: guru; baca: Hoja).Minggu pertama, rata-rata dari kami tidak tahu bahasa Turki sama sekali. Sebulan pertama, saya masih ingat sekali, ketika seorang Turk bicara, yang saya bisa tangkap 0-10% paling banyak, artinya tidak cukup sama sekali. Ferhan Hoca mengajari kami dengan sabar, kalau dilihat dari luar mungkin kita seperti anak TK yang belajar nama hewan, warna, barang-barang. Ferhan Hoca mengajari kami mulai dari Merhaba (Halo) dan seterusnya sampai kami sampai di level orta (medium).

Di Tömer, mulai dari awal sampai lulus ada 5 atau 6 level, A1 A2 (A3) B1 B2 C1. Tiap level dipelajari 1,5 - 2 bulan. Saya masih ingat ujian pertama saya, level A1. Seperti layaknya bahasa Inggris, di dalam ujian ada tes menulis, grammar, listening, pemahaman, dan berbicara. Semua ujian saya lalui dengan cukup baik, sedikit kendala di listening tapi tak seberapa. Sampailah pada tes speaking. Di tes speaking kamu dipanggil satu per satu ke kelas, dimana dikelas itu terdapat Ferhan Hoca dan 1 lagi Gulbanu Hoca. Gulbanu hoca ini adalah tokoh antagonis di cerita ini. Seperti yang kita tau, apa sih yang bisa harapkan dari anak yang barusan kenal sama bahasa Turki selama 2 bulan dan ditanyai macam-macam. Of course nothing. Ketika saya ditanyai waktu tes ini, saya ditanya tentang apa yang saya lakukan di waktu senggang. Banyak yang ingin saya jelaskan tapi waktu itu kosakata saya tidak terlalu banyak  sangat sedikit. Dan Gulbanu Hoca berharap sangat banyak dari kami.

Saya ingat juga waktu itu kita berada di level pertengahan. 5 bulan saya tinggal disini dan saya rasa saya tidak mengalami kemajuan. Saya melihat teman kelas yang mayoritas berasal dari Afghanistan mereka dapat paham dengan mudah karena kata-kata yang mereka punya kebanyakan sama dan pola bahasa mereka pun mirip. Begitu juga dengan teman-teman yang berasal dari negara di sekitar Turki. Sedangkan saya berasal dari Indonesia yang sama sekali tidak punya kemiripan dalam tata bahasa. Kalau sudah begini biasa ya saya hanya meratapi keadaan :p. Sempat saya berpikir kenapa saya tidak sekolah di negara yang dekat dengan Indonesia saja siapa tau pola bahasanya dekat sehingga lebih mudah untuk mempelajari bahasanya. Tapi lalu saya berpikir, sebelum saya pun ada orang Indonesia yang bisa jago bahasa Turki, kenapa saya ngga bisa?

Satu hal yang saya perhatikan ketika belajar bahasa Turki adalah saya lupa sama sekali bahasa jawa halus (krama inggil), saya mulai lupa bahasa inggris (saya mencoba untuk tidak), dan saya mulai lupa sebagian kata-kata bahasa Indonesia. Iya, se-campur aduk itu. Misalkan diatas Anda bisa menemukan kalimat yang ganjil, itulah sebagian tandanya. Dan ketika saya ingin mengatakan sesuatu kata yg sudah lama tidak dipakai saya harus googling dulu. Sekarang saya berada di level C1. 1,5 bulan lagi sekolah akan selesai dan liburan musim panas akan datang. Di satu sisi saya tidak bisa menunggu untuk pulang ke rumah dan bertemu keluarga, tapi disisi lain pun saya tidak ingin meninggalkan keluarga baru saya. Iya, 30 jam seminggu telah menjadikan kami keluarga. Setelah berpisah dan masuk ke fakultas masing-masing, saya sangat berharap kami tetap seperti ini. Semoga...

*jika Anda menemukan kalimat ganjil, salahkan bahasa Turki :p

Foto:

Ferhan Hoca, Ishak, Me, Gulbanu Hoca, Ziya


Ceren Hoca and us with our last book :(



Selfie with Ceren Hoca <3



Sabtu, 21 September 2013

Repost dari Tumblr :p

Okay guys, there it is. I’m going to try to write a story while I since like 3 years have not written anything (not included those galau posts). :p
First of all, the last posts I’ve posted are senseless. I got my heart broken few months ago. I used to use this blog to menyampah about my feeling. Then he protested that I wrote all those stories. He said he was embarrassed that I have opened the things that should’ve not been opened. But it all doesn’t really matter now. Hahaha. Since I broke up with him, my feeling to him becomes more like grudge. I know I should not have done this but yeah, I try not to. And I guess I just haven’t been able yet to get over it. But I know I need to.
Time goes by. Few guys came up. But no one can really impress me. Entah masih belum bisa lupa, atau just simply don’t wanna involved to boy things yet. Enough with galau things, let’s move.
In the middle of the galau days, (okay, typing starts to slow down, Indonesia-an deh) Ana muncul di tab mention saya. “Cim, masih minat belajar di Turki nggak? Pendaftarannya udah buka tuh”. Ana ini adalah rekan saya se-passion dalam berburu kesempatan belajar di luar negeri waktu SMA, bersama Lellen. Tapi jelas keinginan dia lebih besar karena akhirnya dia yang mendapat beasiswa sana-sini. You’re such a great friend, Na .
Pada waktu itu saya kira menarik sekali kalau aku bisa dapat beasiswa ke Turki ini. Dia yang telah membuang saya (kucing po diguwak ki -_-) pasti menyesal setelah melakukan semuanya. Memang waktu itu motivasinya sangat rendahan sekali, saya masih ngakak kalau ingat itu semua. Tapi masih banyak alasan-alasan lain juga sih kenapa saya mencoba mendaftar beasiswa ini. Misal seperti, saya harus membanggakan Ibuk, saya harus kasih contoh yang baik buat adik-adik, dan saya harus bisa buktikan ke saudara-saudara bahwa saya nggak biasa-biasa aja dan bisa kaya sepupu yang juara olimpiade sana-sini. Begitu.
Intinya sih, saya berterimakasih buat beberapa orang yang telah membuat saya termotivasi berani mendaftar beasiswa ini meskipun dengan cara yang beda-beda. Ada yang dengan halus, marah-marah, menggebu-gebu, sampe harus dipatahkan dulu hatinya, hahahaha. Tapi semua tidak lantas membuat saya mundur, Alhamdulillah.
Sepertinya sharing post ini dicukupi dulu. Post selanjutnya akan tentang “How I reach Turkey”.
Semoga bermanfaat :)

Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...