Translate

Kamis, 28 Agustus 2014

Kembali ke Rantau

Well, sekarang Rabu sudah habis dan berganti Kamis. Senin nanti saya kan kembali menuju Turki. Summer bucket list saya kebanyakan sudah terlaksanakan. Kecuali diet sih. Yaudalah ngga apa-apa. Ntar waktu nyampe Zonguldak lets do the exercise (bullsh!t of the year).

2 bulan di Indonesia saya rasa sudah saya gunakan dengan cukup efektif. Surabaya, Jogja, Malang, telah terkunjungi. Makan soto, pecel, rawon, sop buntut, dan makanan-makanan berempah lain yang orang eropa benci semua sudah terpenuhi di liburan ini. Dan resikonya saya menggendut, tapi peduli setan saya hanya 2 bulan bisa makan begini ahahaha.

Sedih juga mengingat saya akan kembali lagi ke Indonesia (jika diijinkan) 1 tahun lagi. Harus menunggu 1 tahun lagi untuk makan satu meja dengan keluarga, 1 tahun lagi untuk duduk lengkap dengan para gadis, 1 tahun lagi dengan teman-teman sepemikiran, dan 1 tahun lagi untuk setiap hari makan nasi. Hahaha.

Kadang saya tidak sabar melihat wajah Turki lagi yang sangat berbeda dengan Indonesia, kadang saya sangat benci ketika ingat saya harus balik. Tapi tak apalah. Yang membuat saya seperti ini pun layak diperjuangkan kok. Jadiiiiiiiii semua akan indah pada waktunya. Pasti. :)

Flashback

Flashback. 
...


Tahun 2011 sampai 2012 mungkin menjadi tahun terberat dalam hidup yang saya lalui hingga sekarang 19 tahun umur saya. Setelah lebaran 2011. Mulai pindah rumah karena orang tua saya hampir saja cerai, hidup pas-pasan (tapi tidak pernah kurang) karena ibu harus berjuang sendiri dengan 4 anaknya dan 3 darinya harus menghadapi ujian nasional berbarengan pada tahun itu, masuk SNMPTN undangan rangking 1 tapi tidak diterima di universitas yang diidamkan saat itu, tidak diterima di SNMPTN tulis, hingga putus dengan pacar mewarnai tahun itu. Hanya dalam 1 tahun. Tuhan maha keren.

2011 saya nobatkan sebagai yang terberat, tapi juga paling bermakna, berharga, dan lain-lain. Ketika saya pindah rumah, dimana ayah saya jadi tinggal terpisah dengan kami, hidup kami banyak berubah. Lebih mandiri, lebih tidak banyak mintanya, lebih tidak manja, dan lebih mengerti satu sama lain. 2011 tidak hanya berisi tentang cobaan sih, meskipun banyak juga sedihnya. Dari yang sebelumnya kita hanya bertemu di rumah tapi langsung asik dengan tugas-tugas dan gadget masing-masing, waktu itu kami jadi lebih sering ngobrol dan ketawa bersama, kami jadi lebih saling menyayangi dan kami jadi dekat satu sama lain. Oh ya, saya juga jadi bisa nyetir mobil, hahaha.

2012 akhirnya saya dapat kuliahan. Saya diterima di Universitas Airlangga jalur mandiri, di jurusan yang dipilihkan ibu. Mulai dari mengisi formulir, galau jurusan, tes, wawancara, hingga diterima hanya ada ibu dan sopir di samping saya. Karena kondisi kita masih terpisah saat itu, mulai dari cari kosan dan pindahan, lagi-lagi hanya ada ibu dan sopir. Setelah mulai kuliah dan jauh dari rumah perlahan keadaan rumah menjadi sedikit lebih dingin. Mungkin Tuhan sudah lelah mengerjai kami. Hingga akhir 2012 sekitar setelah 1,5 tahun kami move back ke rumah lama. Keadaan berangsur normal meskipun belum sepenuhnya.

Kuliah saya berjalan lancar, IP saya tidak pernah di bawah 3 meskipun saya cenderung tidak enjoy dengan jurusan saya saat itu. 1 tahun saya jalani dengan asal-asalan. Belajar sehari sebelum hari ujian, ngemall tiap minggu, titip absen kuliah, hingga kena cekal. Mungkin Tuhan kasihan pada waktu itu, hingga akhirnya saya dipertemukan dengan seorang teman yang menawari beasiswa ke luar negri dan puff!! Here I am finally I got 5 years scholarship in Turkey. Negara yang sama sekali tidak ada dalam benak saya 2 tahun lalu. See? Tuhan juga maha bercanda.

Kadang, di keramaian di rantau sana, ada 1 detik dimana saya sadar bahwa: Damn! Saya lagi jauh banget dari ibu dan saudara-saudara saya, di tempat asing yang sama sekali ngga akan disangka akan jadi tempat saya menimba ilmu. Juga akan ada sunyi ditemani daun musim gugur, angin ganas musim dingin, hangat musim semi, dan pemandangan tanktop dan hotpants musim panas (canda haha) dimana saya merasa sangat bersyukur telah diberi kesempatan yang tidak semua orang bisa merasakan. Akan ada juga ketika saya menyusuri trotoar pusat kota Zonguldak, dan saya berterima kasih atas karunia-Nya. Setelah apa yang terjadi pada saya 3 tahunan ini sangat banyak yang berubah dari saya. Bisa dikatakan saya sudah bisa mengerjakan tes yang diberi Tuhan pada level ini. Saya tidak menantang-Mu, Tuhan, tapi andai Kau beri aku tes selanjutnya, aku siap!

Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...