Translate

Minggu, 20 Juli 2014

Mudik Internasional

Post ini ditulis ketika saya seranjang dengan teman kuliah saya, Fifi (facebook: fifi ulita), di Surabaya.

Kalau dihitung, saya sudah sekitar 15 hari semenjak saya pulang ke Indonesia. Sudah, bahagianya tidak bisa diungkapkan. Di rumah, di Indonesia, selain keluarga, yang sudah menjadi angan-angan ketika masih di Turki adalah makanan. Sebagai anak yang tidak kurus (ehm) dan suka makan, kangen makanan kadang bisa menjadi sebab homesick. Bahkan kepada pecel saja dulu saya kangen. Dan ketika disana, sesimpel makan sahur dengan nasi putih, sop ayam, dan sambel trasi sachet yang sudah dingin (yang dibawakan Bintang dan Nadira, terimakasih) membuat saya jadi terharu saking senangnya dan sedikit bisa mengobati kangen.

Nah, ketika disini saya seakan balas dendam. Pada saat puasa, setelah buka pun malamnya saya kerap ditemani Rosyi untuk makan lagi (ini aib). Entah pecel, soto, bakso, dan lain-lain. Padahal, waktu di Turki, karena berat badan saya naik 5 kg (iya Anda tidak salah baca), saya pernah bertekat untuk menurunkan berat badan lagi. Tapi, gagal. Setelah 10 bulan-an tidak bertemu makanan-makanan paling enak sedunia versi saya ini seakan saya kalap dan ketika berniat untuk diet selalu ada pikiran, "Nggak. Kamu ga boleh diet. Kamu ga bakal makan makanan-makanan ini selama setahun kedepan." (aib lagi) dan begitu seterusnya.

Oke. Cukup untuk membuka aibnya.

Untuk mudik lebaran bertaraf internasional kali ini (idih) kemarin dengan penuh perjuangan setelah mengumpulkan uang, akhirnya saya dapat membeli tiket Qatar Airways. Tiket ini saya beli 3,5 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Karena pada waktu itu maskapai ini sedang mengadakan promo. Normalnya, tiket Istanbul-Doha-Jakarta ini berharga sekitar 700-800 euro, bahkan bisa lebih, tapi waktu itu saya dan Bintang bisa mendapatkan tiket sekitar 550euro. Lumayan.

Saya pulang bersama Bintang, mulai dari Ankara ke Istanbul, di Istanbul kami sempat belanja oleh-oleh. Dan sempat juga kami menginap di Ataturk Airport. Lalu sehari setelahnya, setelah gugup dan senang ngga jelas, akhirnya pukul 19.00 tanggal 5 Juli saya berangkat lewat bandara Sabiha Gokcen. Setelah 4 jam penerbangan, kami sampai di negara transit kita, Qatar. Qatar ini guys, bandara mirip mall. Konter-konter duty free-nya dirancang untuk nyaman berbelanja dan tentunya cukup besar. Dan tentunya saya hanya mampu melihat-lihat saja :').

Setelah 3 jam transit, kami naik pesawat lagi selama 11 jam. Kami tiba di Soekarno Hatta Airport sore hari. Setelah turun dari pesawat kami buru-buru berpisah dan menuju terminal masing-masing untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 12 malam saya sampai di Kediri tercinta setelah dijemput oleh bapak dan adik.

Kira-kira begitulah cerita singkat saya pulang kampung kali ini.

mbambung di bandara
depan Sultan Ahmed, wifi gratis hahaha

partner perjalanan :p

weighty suitcase

bandara a.k.a mall

troli

emm. bandara




NB: Diketik oleh laptop baru makanya semangat. Hahahahahaha.

Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...