Translate

Minggu, 13 Oktober 2013

Safranbolu

Jadi..
Beberapa waktu lalu saya mengepost sesuatu di facebook. Yaitu foto saya ketika ada di Safranbolu and I put only few words there. Hanya mengupload satu foto dan there come a comment from my favorite hi-school teacher, Mr. Bambang, “It would be more interesting if you gave description of the place as long as one or two paragraphs. And that would make me jealous too. Lol” he said.

Sesungguhnya, saya ingin sekali meng-share apapun yang saya rasakan dan alami selama ada disini. Saya hanya perlu melawan  satu musuh yaitu rasa malas dan ribetnya menulis. Ya, sebegitu malaslah saya. Malam ini, 10 p.m. waktu Turki, saya mencoba memaksa diri untuk menulis. Tentang Safranbolu.

bukit yang tertutup salju
Sabtu lalu, tanggal 5 Oktober, Havva Abla ( saya akan jelaskan nanti :/ ), Tanta, dan saya pergi ke Merkez. Malam sebelumnya, Havva Abla sudah memberitahu saya bahwa besok kita akan pergi ke Safranbolu. Sebelumnya saya tidak tau apa itu Safranbolu. Havva Abla hanya berkata tempat itu sangat dingin, yah karena keterbatasan bahasa beliau tidak bisa menjelaskan dengan detail apa itu Safranbolu.

salah satu sudut distrik Karabuk
Jam 9 kami berangkat dari apartment menuju Merkezi dengan bus. Sampai Merkezi, ternyata kami sudah ditunggu sekitar 10 orang dan 1 mobil. Fyi, mobil carter di Turki sangat besar dan bisa memuat sekitar 15 orang. Safranbolu merupakan situs budaya yang terletak di distrik Karabuk, 90 km jauhnya dari Zongulda
k. Perjalanan dari Zonguldak menuju Safranbolu memakan waktu sekitar 2 jam. Karabuk ini adalah salah satu daerah yang sangat dingin karena berada di dataran yang tinggi. Di pegunungan yang kami lewati ada beberapa bukit yang puncaknyaterdapat sedikit salju padahal ini hanyalah musim gugur. Selama perjalanan, Abla-Abla lain dan para peserta tur memperlakukan saya dengan sangat baik meskipun saya belum bisa berbicara Turkish dengan mencoba berbicara bahasa Inggris seadanya kepada saya.

Sampai disana, benar saja. Angin sangat kencang dan sangat dingin. Saya merapatkan coat saya yang sudah rangkap 4 ini. Ternyata mereka menyewa seorang tour guide yang mengajak kami berputar area sekitar Safranbolu. Pertama kami mengunjungi sebuah bekas bangunan pemerintahan yang sekarang dijadikan museum. Untuk masuk ke dalam kami perlu memakai plastic di alas kaki kita untuk menjaga kebersihan museum. Masuk ke dalam bangunan tersebut yang terbesit dalam benak saya adalah setting film The Conju
lantai 2 museum
ring karena lantai dan langit-langitnya terbuat dari kayu dan catnya sudah agak kusam. Di dalamnya terdapat koleksi buku-buku tua, dan komputer-komputer tua. Ruangan-ruangannya sangat besar dan sepertinya dulu digunakan seperti kepentingan birokrasi dan lain sebagainya. Di lantai 2, terdapat koleksi baju-baju tradisional, senjata tradisional, dan ruang kerja yang dulu pernah digunakan gubernur setempat. Lalu kami menuju ruang bawah tanah, disana terdapat diorama-d
iorama. Yaitu kehidupan lampau Turki, toko permen tradisional yang menjual lokum (Turkish delight yang berupa seperti jenang tetapi agak keras dan sangat manis), dan apotek tradisional Turki.

90 meter, pemirsa.
Setelah itu kami berputar disekitar situs, banyak rumah-rumah tua yang masih dihuni. Banyak budaya-budaya setempat yang dijelaskan oleh tour guide tapi sayang sekali saya tidak mengerti -__-. Kami juga sempat mengunjungi hotel yang berada didalam kawasan Safranbolu. Di sekitar area, tidak hanya  ada satu masjid, tapi banyak masjid dan semuanya mempunyai nilai historis.  Setelah selesai mengunjungi semua area, kami menuju tempat parker untuk menuju ke Kristal Teras. Kristal Teras berjarak sekitar 3 km dari Safranbolu. Kristal teras sebenarnya hanyalah kafe biasa yang menjual makanan dan minuman. Yang berbeda adalah mereka mempunyai balkon yang sangat besar. Untuk masuk ke Kristal Teras, biayanya adalah 3 TL. Awalnya saya sangat bersemangat karena pemandangan disekutar Kristal Teras sangatlah indah. Setelah saya menapakkan kaki di balkon raksasa tersebut, ternyata balkon tersebut terbuat dari kaca dan TRANSPARAN. Kata Edda (BEUn, tingkat 1), teman saya di perjalanan itu yang bisa berbicara bahasa Inggris, kurang lebih ketinggiannya adalah 90 meter. Aaaah tambah keder saja saya karena saya sangat takut pada ketinggian. Setelah berfoto seadanya saya segera kembali ke pangkal balkon dan hanya melihat orang-orang yang berfoto disekitar balkon. Setelah puas berfoto-foto, peserta tour kembali ke mobil dan menuju area Safranbolu lagi untuk berbelanja dan lain-lain.

Turkish coffee
Sekembalinya dari Kristal Teras, saya diajak Edda dan beberapa abla untuk ngopi, Turkish Coffee, they said. Kami dan sang tour guide berjalan menuju salah satu kafe tradisional yang sangat unik yang ternyata di-owner-I oleh kerabat sang tour guide. Disana banyak turis Asia yang yang sudah duduk duluan. Saya pun tidak sengaja over-heard, “I came from Hongkong, okay, enjoy the coffee”. Kopi Turki ini ukurannya sangat kecil. Rasanya tentu saja pahit, dan untuk menetralisirnya kami diberi jus berry. Harga pergelasnya adalah 5TL. Setelah meminum kopi kami didatangi oleh seseorang, kata Edda dia menawarkan untuk membaca masa depan kami melalui ampas kopi kami. Memang ampas kopi ini sangat banyak, dari segelas kecil itu, ampasnya bisa seperempatnya. Caranya dalah dengan cara menangkupkan lepeknya dan membalik gelasnya hingga pantat gelasnya dingin. Setelah itu dibalik dan tetesan yang menuju lepek tadi akan dibaca. Saya ingin sekali diramal utuk coba-coba saja, tapi para abla melarang saya karena mereka bilang kita muslim, kita tidak percaya pada ramalan. Hahaha. Setelah minum kopi, Abla-Abla menuju masjid untuk solat, dan saya yang berhalangan menunggu di luar masjid dan sisanya berbelanja.

Jam sudah menunjukkan pukul 5.30, cuacanya sangat dingin dan angin sangat kencang. Saya melihat salah seorang peserta tur yang hanya memakai legging menggigil kedinginan dipeluk temannya (siapa suruh pikir saya hahaha). Sebelum pulang, kami mampir makan malam di rumah kerabat salah satu Abla. Untuk hospitality, saya akui, orang Turki juaranya. Saya sampai sungkan sendiri kadang-kadang ketika diperlakukan terlalu ramah. Mereka menghidangkan 4 macam makanan untuk jumah kami yang  15 orang. Setelah makan, kami berwirid sebentar. Wirid merupakan doa sehari-hari yang bisa disebut sebagai budaya Turki. Setelah selesai kami berpamitan. Begitu keluar, kami disambut oleh udara yang sangat menusuk sehingga bahkan hanya beberapa detik saja di udara bebas sampai di mobil kami semua menggigil. Jam 7.00 malam kami kembali ke Zonguldak dengan sangat senang tapi juga sangat capek. Itulah pertama kali saya pergi ke keluar kota sejak tinggal di Zonguldak. Terimakasih kepada Havva Abla sudah ajak saya :)

tambahan foto:
Safranbolu
pintu masuk area Safranbolu
rombongan tour
saya dan Edda
signs
landscape from the hill
hos geldiniz 
in front of the building
mr. martens wore a plastic
the old village 

old dresses collection, lurus itu adalah ruang kerja gubernur

me. hehe

old books. medical.

sweets. seker. lokum.

ex-hospital

tarihi cami

otel

village

around Kristal Teras

soguk

Kristal Teras

Coffees

Dough making

traditional cafe

what i bought from Safranbolu

1 komentar:

Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...