Translate

Senin, 18 Januari 2016

2/8 and 3/8 Short Review

This is still January right, so I still can wish you all a happy, healthy, cheerful, and peaceful year ahead.

I'm a lazy blogger. Apparently not just as a blogger, but also in other fields I’m a big procrastinator. The last time I opened this blog was, emmm last month if I’m not mistaken, while the last post I made was in..... July last year. WHAT. Gila bruh.

In that interval of time there were a lot of events I passed without sharing it here. Let's see what we got here; the last time I wrote was last July, means when I was on my summer holiday in Indonesia. Summer holidays is the most unproductive time of my year and after that winter holiday is following in the list. So I will leave it to that. In September, I came back to the lovely Zonguldak, kömür kokulu memleketim (google that). Well, I'm supposed to sum up my 2nd and 3rd semester in university as what I’ve written in the title.

Before getting into the 3rd semester let’s just have a look at what I’ve done in 2nd semester.  There were 9 subjects and 2 of them were non face to face subjects (means we can follow up from the internet; uzaktan egitim). I passed the entire subject with average marks. No remedy. The marks and the GPA is better than the 1st semester but still my GPA couldn’t reach 3 in that semester, because I think I still couldn’t get used to Turkish words (BOOO!). But, there were this one subject that I was afraid of at the beginning of semester (click here to read my post about first semester), which was Ticaret Hukuku (commercial law) but turned out at the end I got BA from that subject. Hehe. Aferin kendime.

And then the summer holiday. It went so well, the highlight of the year. Although it passed so quickly no one knows why.

The 3rd semester started really normally. Like there was no special new spirit, supposed that I’ve been on holiday. Nope. There was 8 subjects, I went to classes (more than last semesters) and from the first week of semester to mid-term it was only 4 weeks. And I studied. Köpek gibi. I started to study earlier because I was just in mood for studying hahaha. And surprisingly I got nice marks. Paid off!!

From the mid-term to final exams I got 3 weeks and guess what, a week before the exams I went on a holiday for a full week to Istanbul, Izmir, and Konya with my friend who is studying in England, Mbak Dilla (you can read the article about it here in her blog) NEKATTT! When I came to Zonguldak I caught cold too unfortunately. Tired, sick, and exam weeks. Nice combination isn’t it? But thank God the marks that I got are so good; in fact my GPA is 3 point something. Thank God once again.

So, that’s all about my second and third semester here in Bulent Ecevit University in Zonguldak. Now I’m on my winter holiday, broke. Hahaha. My mom offered me to go home but no thanks Mom. Winter break has always been a pain for me, especially when you don’t have family around. You got nothing to do, everyone is going home, and it is too cold if you wanna go somewhere. But its either you go somewhere or you stay in dorm and rot. At the next post I'm coming with more pictures from my holiday.


bonus meme, im a 9gagger for sure



Thanks for reading!

PS: correct me if you find grammatical mistake(s) :)

Kamis, 02 Juli 2015

If You Only Knew

you popped out of no where
chat me saying hi
asking hows my live
while my live got nothing to do with yours

we didnt know each other
havent met each other yet
you just followed my twitter, followed my instagram..
and again out of no where..

then you asked me can you have my number
i gave you mine and things started
we chatted for like 3 days
and hey youre kinda funny and cool

but then puff youre gone
gone like sun in the winter
i was always waiting for you to reply my message
if you only knew
but i think you only see like no big deal
youre right,
youre cool and probably you talk to every girl
and im just dust, a dust who is always waiting for you.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan baper 2015.

Jumat, 06 Maret 2015

Mudik Internasional (2)

Hehe. Tulisan ini adalah alasan. Bahane. Biar saya bisa meninggalkan buku-buku pelajaran saya yang seabrek dan belum terbuka sama sekali.

..

Seperti yang sudah saya bilang di post bawah, Januari kemarin pas liburan winter saya sempat pulang. Yuhu ke Indonesia tanah air beta. Dan, sebenernya postingan ini agak gak penting sih untuk di share, tapi pengalaman sebelum dan sesudah pulangnya yang lumayan ngeri  seru yang ingin saya share.

Waktu itu sesudah ujian vize (UTS), setelah stress sampe sakit dan ngga sembuh-sembuh karena ujian, lalu kebanyakan begadang terpaksa belajar selama sebulan penuh. Kenapa saya jadi lebay begitu? Karena saya ngga ngerti akan seberapa susah atau mudahnya ujian-ujian nanti. Itu ada factor utama yang bikin saya stress. Dan saya yang bener-bener selama 1 bulan tidur jam 5 pagi bangun jam 12 siang (kadang saya skip kelas (ga perlu dicontoh))  lalu kuliah sampe sore dan makan dan belajar lagi. Because we, me and my roommates, found out that study after 11 at night is the most effective time for us to study. Kita menemukan mood dan keinginan belajar di jam-jam tersebut, selain jam 11 keatas tidak ada yang ribut sih.

Beberapa hari menjelang selesai vize, tiba-tiba dini hari sekitar pukul 4 waktu Turki (Indonesia pukul 9) Ibu saya bbm, percakapan biasa lah lagi apa, temen sekamar lagi apa, liburan winter mau kemana, dst dst. Saya bilang liburan winter mau ke tempat Nana dan Mbak Ida di Canakkale. Nana dan Mbak Ida adalah bisa dibilang orang terdekat di Turki sih, meskipun mereka tinggalnya di ujung Akdeniz sana. Nana adalah murid Indonesia dari Magelang, dan Mbak Ida adalah orang Surabaya yang menikah dengan orang Turki. Anyways, tiba-tiba juga Ibu chat “dari pada kamu di sana jalan-jalan sama nyari makan sendiri jatohnya juga ngabisin uang saku mending pulang aja kamu”, demi apa. Ya siapa juga yang ngga senang disuruh pulang. Tapi banyak alasan juga sih yang sebenarnya menghalangi saya pulang, seperti saya harus menunggu ujian remedy (butunleme) dimana saya ngga tau ada pelajaran yang ngga lulus atau tidak, dan juga harga dollar yang cukup mahal saat itu. Dengan segala bujuk rayunya dan iming-iming dibayari uang tiketnya, akhirnya saya setuju buat pulang dan gambling dengan butunleme tadi, kalau saya ada yang tidak lulus berarti nasib saya buat mengulang tahun depan tanpa ikut ujian remedy. Akhirnya besok lusanya setelah dioyak-oyak Ibu lagi untuk beli tiket, malam hari (ditengah got kamar mandi kamar saya yang buntu mengakibatkan banjir jorok di kamar) setelah memilih-milih maskapai saya akhirnya memesan maskapai langganan (weits) Qatar Airways. Alhamdulillah.

Paginya, jeng-jeng!! Saya lupa kalau resident permit (ikamet) saya lagi diurus perpanjangannya di kantor polisi. Kantor polisi Turki. Yang ngga jelasnya mirip-mirip kantor polisi Indonesia. Sumpah. Gimana saya bisa lupa kalau ikamet saya lagi ngga ada. Jadi resident permit itu gunanya seperti visa yang masanya lama sekali. Kalau ada resident permit berarti kamu bisa keluar masuk negara itu semau kamu. Kalau ngga ada? Berarti kamu cuma bisa keluar doang ga bisa masuk lagi. Matihhh. Lalu saya ke kantor polisi siang itu juga sambil ngantuk-ngantuk (karena baru tidur paginya). Yep ofkors ikamet saya belum datang. Dan kata bu polisinya, mereka bisa bikin keterangan untuk saya, tapi dalam waktu 15 hari saya harus kembali ke Turki lagi. What theeeee.. Orang saya udah beli tiket buat seminggu lagi dan tiket balik ke Turki adalah telat 2 minggu dari tanggal masuk, berarti sekitar 1,5 bulan. Dan WTH is 15 hari??? Udah beli tiket mahal dan terancam gagal disitu saya merasa stress. Saya sudah stress banget dan nelpon-nelpon Ibu. Ibu pun akhirnya ikutan stress dan takut juga, duh. Saya udah chat sana-sini untuk minta doa biar lancer bisa pulang. 3 hari kemudian, 2 hari sebelum berangkatnya, saya sudah pasrah dan ke kantor polisi lagi, untuk minta surat keterangan 15 hari itu. Dan surprise dari alam! Ikamet saya datang. Saya dan Aziza, roommate saya, sampe loncat-loncat di kantor polisi di depan imigran-imigran Arab yang menunggu antriannya. Alhamdulillah lagi. Dan terimakasih doa-doanya.

Akhirnya saya pun dini hari itu meninggalkan Zonguldak, diiringi panik karena sopir taksi yang datang terlalu awal dan goodbyes dari teman seasrama dan perjalanan yang penuh menunggu inipun dimulai. Sampai di Istanbul, di bandara saya bertemu dengan mahasiswa S3 dari Ankara, Mas Hilmy, menunggu jam check-in selama 6 jam-an bersama beliau. Setelah penerbangan selama 4 jam kemudian saya sampai di Qatar dimana saya harus nunggu 9 jam. 9 jam, sendirian, dan sakit. It was the worst part. Sampai kalau ditanya ada dimana saja toilet dan tempat mac (yes, they have it many and you can use it free) di bandara Qatar, saya bisa tunjukin sambil merem. Akhirnya saya sampai Jakarta, jam 11 malam, dan penerbangan terakhir ke Surabaya adalah pukul 10.30, woohooo. Unlucky me. Terpaksa saya harus nunggu lagi untuk penerbangan pertama esoknya.

Skip skip skip.

Tibalah waktunya saya balik. Bagian tertidakenak dari pulang kampung. Saya diantar sekeluarga, berangkat dari Kediri menuju Juanda, Surabaya. Kami berangkat 5 jam sebelum flight saya hari itu, flight terakhir. Jarak Kediri-Surabaya biasanya ditempuh 3 jam. Unlucky me again, mulai dari Mojokerto sudah macet karena pohon tumbang, kecelakaan, dst dst. I thought that we weren’t gonna make it. Tapi akhirnya kita sampai 30 menit sebelum pintu check in ditutup. Pfiuhh.. Sedih sedih lega. Tapi sedihnya lebih banyak. Saking sedihnya saya sempet mikir “duh.. harusnya sih saya nggak pulang kalau tau bakal sesedih ini. Kali ini ngga ada air mata di bandara. Tapi sediiiih banget harus pisah sama ibu, sama adik-adik, bapak, dan teman-teman.

Penerbangan Surabaya-Jakarta waktu itu penuh turbulensi, ngeri.. Lalu saya sampai Soekarno Hatta pukul 10.40, and guess what my flight was at 4 at morning. Dan saya nunggu lagi 5 jam. Setelah 9 jam penerbangan Jakarta-Qatar 9 jam, transit selama 4 jam, saya sampai di Istanbul jam 6 sore, dimana bus terakhir menuju Zonguldak adalah pukul 5.30 JJ hahahahhaha.. What a thing. Saya harus menunggu esok harinya pukul 1 malam hari, tapi selagi menunggu jam 1 malam itu saya sempat tidur di bandara 1,5 jam karena saya tidak bisa nyaman tidur selama perjalanan 2 hari itu. Lalu pukul 7 pagi harinya saya sampai di Kasur kesayangan saya disambut 3 teman yang sedang ngorok, dan saya juga akhirnya ikut ngorok.

Jadi kalau ditotal berapa jam dari Kediri menuju Zonguldak? :D












Kamis, 26 Februari 2015

1/8

Wuhu!
Akhirnya nulis juga di blog ini. *bersih-bersih debu*

Well, terakhir saya nulis adalah bulan Oktober 2014, yaitu hampir 4 bulan. Tanpa post 1 pun. Yes, saya semalas itu. Dan sepanjang 4 bulan kemarin ada banyak sekali hal yang belum saya share disini.

Jadi setelah bulan Oktober kemarin yang membuat saya tidak bisa megupdate blog adalah belajar sebelum ujian tengah semester, ujian akhir semester, lalu saya sempat pulang ke Indonesia juga (cieee..). 

UTS saya berjalan kurang mulus, ada beberapa pelajaran yang saya kurang puas hasilnya karena beberapa problem. Misalkan, BAHASA. Semenjak H-1 bulan ujian, saya sudah belajar maksimum. Maksimum sih menurut saya, dibandingkan waktu di Unair dulu yang saya kerjanya Cuma nongrong ngafe makan tidur begadang, kali ini saya tiap sore sampe larut malam pergi ke perpustakaan, selama ujian pun. Pokoknya yang ada Cuma baca baca baca belajar belajar belajar. Apa daya, beberapa pelajaran memerlukan skill essay/uraian. Well untuk essay bahasa Indonesia saja saya sering kesulitan kok, lha ini saya disuruh bikin uraian dalam bahasa yang masih saya kenal beberapa bulan yang lalu. Pelajaran yang menurut saya susah adalah pelajaran yang bukan seperti ekonomi atau akuntansi atau matematika (jurusan saya Perdagangan Internasional btw), tapi malah pelajaran tambahan seperti Ilmu Perilaku (davranis bilimleri), sejarah, bahasa Turki, dan manajemen yang semua soal ujiannya uraian. Subhanallah..

Tak jauh dengan UTSnya, UAS pun berjalan kurang lebih sama. Pernah suatu malam ujian sehari sebelum ujian sejarah. Rasanya saya udah mau nyerah karena ketika saya baca 4-5 kali pun saya hanya paham 60% padahal ada beberapa puluh slide yang harus say abaca saat itu. Sampai saya pun akhirnya cari beasiswa Mevlana, (beasiswa mirip Erasmus tapi bedanya ini dari pemerintah Turki dan negara tujuannya seluruh dunia) saking saya desperate-nya dengan sejarah. Tapi akhirnya saya lulus sih dengan nilai pas banget. Pun saya ngga ada cita-cita mengulang memperbaiki nilainya, sudah lulus saja rasanya pengen selametan sedesa.

Akhirnya semester 1 dari 8 yang harus dijalan pun berakhir, saya lulus semua mata kuliahnya dengan nilai cukup. Beberapa pelajaran yang dulu di Unair saya pernah dapatkan saya lewati dengan mudah. Dan jangan tanya IP saya deh sepertinya. Cukup sih, tapi jauh dibawah IP saya dulu di Unair. Gapapa lah.

Dan sekarang sudah minggu ke-3 semester genap, dan pelajaran-pelajaran barunya adalah lanjutan dari semester ganjil lalu. Masih ada sejarah, masih ada bahasa Turki dan manajemen. Dan musuh saya bertambah 1 lagi. Pelajan Hukum Turki. Hayoh loh. InshaAllah semester ini IP saya bisa nambah dikit dengan usaha yang InshaAllah akan saya tambah juga. Amiinn..

Dan tidak lupa untuk pembaca blog saya, terimakasih sudah membaca tulisan sampah saya hahaha. Tinggalkan komen dan isi pole-nya yah. Karena Cuma pembaca yang bisa meng-encourage saya untuk update blog lagi.


Salam hangat dari hawa dingin!

Sabtu, 04 Oktober 2014

2nd Year in Turkey. Welcome to the Reality.

Merhabalar,

Saat saya mengetik ini, saya ditemani oleh segelas milo panas di hawa yang sedikit dingin dan asrama sedang kosong karena ditinggal penghuninya yang pada pulang kampung karena Hari Raya Kurban. Dan  yahhh seperti biasa para yabancı (baca: yabance; e seperti pada pecel, arti: orang asing) yang sedang tidak punya uang akhirnya hanya bisa berdiam di asrama. Dan para yabancı yang punya uang biasanya akan berwisata, Istanbul, Ankara, Izmir, Canakkale, Konya, dll. Yasudahlah. Kok jadi nglantur.

Minggu ini sudah minggu ketiga kami memulai tahun pelajaran semester musim gugur. Memulai kuliah sebagai mahasiswa baru asing menimbulkan sedikit kekhawatiran. Di tahun pertama di kelas Tömer, it was the best year ever, kita seperti belajar di TK, mempelajari kata-kata baru, bermain drama, belajar membaca dan menulis karangan dan gurunya pun berbicara dengan lambat. Meskipun kelasnya sedikit padat, dimulai pukul 8 pagi sampai 3 sore, selama setahun kita tidak mempunyai beban sedikitpun. Tapi tahun ini berbeda, subjek - subjek mata kuliah sudah di depan mata dan yeah, terkadang dosennya tidak mentolerir kalau kami adalah orang asing.

Semester ini saya belajar 9 mata kuliah yang 3 diantaranya adalah kuliah lewat internet dan 6 sisanya face to face. Untungnya, dari 6 pelajaran ini sebagian besar sudah pernah saya pelajari di universitas sebelumnya. Entah apa yang akan terjadi kalo seandainya konsep accounting, ekonomi dasar, sebelumnya saya tidak tahu sama sekali. Yang menjadi masalahnya disini adalah ketika saya tidak paham istilah bahasa Turki yang seharusnya ketika di bahasa Indonesiakan akan mudah (yaiyalah). Tapi semakin banyak membaca inshallah kami akan semakin mengerti. Buku-buku yang harus kami ambilpun Alhamdulillah saya tidak perlu beli kebanyakan buku karenaaaaa.. teman sekamar saya tiga-tiganya adalah kakak kelas saya sejurusan. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan. hahahaa

Tanggal 10 - 21 Oktober ini akan diadakan Ujian Tengah Semester yang juga akan menjadi ujian pertama kami di Turki. Semoga dengan keterbatasan bahasa dan keterbatasan yang lainnya kami bisa melewatinya dengan lancar. Amin.

Minggu, 28 September 2014

Post 27 September

Post 27 September.
Sebenarnya saya tidak berharap muluk-muluk di umur 19 tahun ini. Hanya doa-doa kecil dari jauh, dan beberapa gelas teh bersama orang-orang terdekat. Tanggal 27 September kali ini datang terlalu awal. Pukul 20.00 waktu Turki, gank ciwi-ciwi  saya di Indonesia a.k.a chess mulai mengucapkan selamat ulang tahun melalui sosmed. Bersama mereka saya sudah 3 kali merayakan ulang tahun. Pertama kami makan-makan bersama kami anggap traktiran ulang tahun saya. Lalu teman-teman datang ke rumah saya sebelum saya berangkat lagi ke Turki membawa kue tart, dan ketiga jam 00.00 waktu Indonesia. Hahahaha.

Lalu teman-teman sosmed mulai membanjiri notifikasi telefon dengan ucapan selamat ulang tahun.  Saat saya sibuk membalasi pesan-pesan dari Indonesia, saya sedang duduk sambil mengobrol di taman asrama bersama teman-teman cewe saya. Mereka sempat menegur saya ketika saya tidak memperhatikan obrolan kami sekali dan malah sibuk dengan telefon saya. Chess gank saya pun juga membuat video di instagram dan tidak sengaja terbuka di depan mereka yang mengucapkan “Happy birthdaaayy…..” (which the sentence they do understand ofc). Saya bilang, “Banyak pesan yang masuk nih, tunggu ya.” Sekalian memberi sinyal yang berarti: besok saya ulang tahun, kita ngapain nih. Lalu tiba-tiba topic berubah. Teman-teman mulai membicarakan apa yang akan mereka lakukan besok, mulai dari belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, mau ke rumah teman, dll. Saya diam saja. Pada akhirnya salah satu dari mereka bilang, “Malamnya kita ke rumah Muhammed, apartemennya baru kita bisa masak-masak….” dst dst. Okey fix mereka lupa.

Paginya saya bangun siang, dan masih belum ada tanda-tanda yang akan mengucapkan happy birthday. Not that I put too much importance of saying happy birthday, tapi saya pikir hanya mengucapkan happy birthday adalah bentuk peduli dan ingat. Saya pergi ke kantin untuk sarapan, masih seperti hari normal dan mereka hanya mengucapkan happy birthday seadanya L. Saya sedih ngga ketulungan deh. Sampai kamar, entah mood kenapa jadi berantakan dan ketika Helal duduk disamping saya, air mata jatuh. Saya ngerasa lonely banget. Saya ngerasa ngga punya siapa-siapa disini dan saya bukan siapa-siapa disini. Dan yang terpenting adalah ternyata saya tidak ‘sepenting itu’ untuk mereka.

Helal membujuk saya untuk keluar ke mall agar sedikit terhibur. Saya bersikeras untuk tinggal di kamar saja dan tidur lagi (masih jam 2 siang padahal) “It won’t work.” saya bilang. Tapi akhirnya saya terbujuk sih hahaha. Hang out bersama Helal dan Rumeysa ini lumayan merahatkan hati sih, at least mereka inget. Oiya. Ketika kamu ultah di sini, kamu tidak akan dibiarkan membayar sepeserpun. The freaking different tradition. Mulai dari nonton, makan kue (pertama hari itu) semua saya tidak bayar.

Kami pulang sekitar jam 6 sore setelah bertemu dengan beberapa teman. Tapi disini saya mulai menemukan clue, ketika Rumeysa dan Helal benar-benar memaksa saya datang ke rumah Muhammed. Secara Helal tidak kenal baik dengan Muhammed. Lagipula saya sedih dan capek, kenapa musti dipaksa pergi-pergi. Pukul 8 kami keluar bersama Sumaya dan Dzenana. Mereka terlihat panic karena tidak tahu persis letak apartemen Muhammed, yang ternyata saya baru tahu kalau itu semua acting -_-. Sampai di apartment dan kami masuk, saya di sambut Haki, Igli, dan Muhammed, dengan lilin-lilin, balon-balon, kue, dan kado. OMYGOD.

Sama sekali saya ngga kepikiran. Kalau mereka akan menyiapkan seperti ini.
Bohong sih. Tapi tidak juga akan seperti ini saya pikir.
Saya senang sekali, terharu, juga malu. Malu karena saya sudah anggap mereka lupa dan menidak pentingkan saya. Disini saya belajar apa artinya teman. Demi Tuhan. Lalu kami makan kue, menari, dan bermain putar botol (pertanyaan atau tantangan) yang sudah menjadi tradisi kami. Ah. Kami juga buka kado. Pertama kali saya senang sekali ketika melihat kotak kado yang besar, diatasnya ada bungkusan panjang seperti permen. Dzenana menyuruh saya membuka bungkusan permen itu dulu, dan ternyata adalah eye liner dan lipstick. Allah’im! Memang saya semenjak beberapa hari lalu bilang kepada mereka kalau saya ingin beli eyeliner karena puny saya patah, tapi karena beberapa alasan pasti kita tidak jadi belok ke toko kosmetik. Lalu saya buka buka kotak besar dibawahnya. Ada sepatu boots, yang sepertinya saya kenal. Ah iya saya pikir ini sepatu yang mirip dengan yang dibeli Helal beberapa waktu lalu. Saya bilang “Helal, kita punya sepatu kembar dong! Haha”. Lalu Dzenana berkata: “Yaaa… Ini bukan kembar, yang kemarin itu kita beli untuk kamu!”.  Dan ternyata juga, alasan mau belajar, mau ngangkut barang ke asrama, mau rapat Erasmus, dll hanyalah fake untuk kabur ke rumah Muhammed dan menyiapkan party. Andaikan saya tidak nangis pagi itu, Helal dan Rumeysa juga akan berada di rumah Muhammed dan mempersiapkan semua.

Sepulang dari rumah Muhammed, kami sedikit beristirahat dan teman saya dari Malaysia, Ana, menelpon saya mengucapkan happy birthday juga. Tiba-tiba Helal membawa saya ke kamar tetangga daaaan…. “iyi ki doğdun Azahra.. iyi ki doğdun Azahra.. (selamat ulang tahun Azahra) “ teman-teman asrama sesama orang asing gave me another surprise cake while singing. My 3rd cake today and we ate again.

Ya Tuhan..
Terimakasih untuk semua anugerahMu. Termasuk teman-teman yang berharga ini. Never been feeling loved more.
Helal, Me, Rumeysa
1st cake from them


2nd cake











present

3rd cake






Kamis, 28 Agustus 2014

Kembali ke Rantau

Well, sekarang Rabu sudah habis dan berganti Kamis. Senin nanti saya kan kembali menuju Turki. Summer bucket list saya kebanyakan sudah terlaksanakan. Kecuali diet sih. Yaudalah ngga apa-apa. Ntar waktu nyampe Zonguldak lets do the exercise (bullsh!t of the year).

2 bulan di Indonesia saya rasa sudah saya gunakan dengan cukup efektif. Surabaya, Jogja, Malang, telah terkunjungi. Makan soto, pecel, rawon, sop buntut, dan makanan-makanan berempah lain yang orang eropa benci semua sudah terpenuhi di liburan ini. Dan resikonya saya menggendut, tapi peduli setan saya hanya 2 bulan bisa makan begini ahahaha.

Sedih juga mengingat saya akan kembali lagi ke Indonesia (jika diijinkan) 1 tahun lagi. Harus menunggu 1 tahun lagi untuk makan satu meja dengan keluarga, 1 tahun lagi untuk duduk lengkap dengan para gadis, 1 tahun lagi dengan teman-teman sepemikiran, dan 1 tahun lagi untuk setiap hari makan nasi. Hahaha.

Kadang saya tidak sabar melihat wajah Turki lagi yang sangat berbeda dengan Indonesia, kadang saya sangat benci ketika ingat saya harus balik. Tapi tak apalah. Yang membuat saya seperti ini pun layak diperjuangkan kok. Jadiiiiiiiii semua akan indah pada waktunya. Pasti. :)

Perempuan dan Tas Selempangnya

  Sudah lama saya mempunyai ide tentang topik ini. Berawal dari bahasan tentang pakaian pada waktu saya dan pacar bertelefon beberapa mala...